KAJIAN SEMIOTIKA BUDAYA PADA PROSESI “BEDABUNG” DALAM PERNIKAHAN ADAT BENGKULU
DOI:
https://doi.org/10.31943/bi.v9i2.788Keywords:
semiotika, bedabung, denotatif, konotatifAbstract
Adat budaya tidak berdiri dengan sendirinya tanpa ada maksud dan tujuan tertentu dari komunitas penggunanya. Kadang kita sebagai generasi penerus hanya bertindak sebagai penerus tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalamnya. Alangkah berfaedahnya jika sebuah ritual, adat, kebiasaan secara turun-temurun tersebut dilaksanakan diiringi dengan pemahaman yang mumpuni. Ritual bedabung di kota Bengkulu adalah salah satu contohnya. Penelitian ini bertujuan untuk menyibak apa makna di balik simbol-simbol yang ditemukan dalam acara ini, baik dari segi tahapan prosesinya maupun properti-properti yang digunakan yang dikemas dalam penelitian semiotika budaya. Penelitian deskriptif kualitatif ini dilaksanakan di kota Bengkulu dengan teknik observasi langsung di lapangan, wawancara secara mendalam dengan pemuka adat dan masyarakat, serta melakukan studi pustaka. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teori Roland Barthes yang membedakan 2 sistem pemaknaan dari simbol-simbol, yakni denotatif dan konotatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada setiap tahapan acara ini (berpamitan kepada calon mempelai laki-laki, sungkem kepada kedua orang tua, bercukur, mengikir gigi, dan menikmati sajian bedabung) dan properti yang digunakan (nasi kunyit, rujak pengantin, beras, kelapa, pisang, gula merah, daun sirih, sekapur sirih, dan gendang serunai) terkandung harapan-harapan yang mulia untuk keberlangsungan rumah tangga kedua mempelai dan mengisyaratkan beberapa pesan moral kepada kedua mempelai agar dapat menjalani bahtera rumah tangga dengan damai dan sejahtera.